Rumah yang sederhana itu adalah rumahku
Tropis, ekletis, anggun, dan bersih
Tentu saja tidak minimalis dan tidak kaku
Berhiaskan bunga-bunga beraneka warna dan sederetan bakung air putih
Hanya ada satu jalan setapak di halaman depan
Berlapis koral panca warna
Berliku mempesona
Berujung di sebuah beranda penuh kesan
Beranda itu kecil tapi istimewa bagiku
Menghadap ke sebuah taman
Dekat dengan pedestrian
Sudut yang asyik untuk terpaku
Tepat di belakang beranda adalah ruanganku
Ruangan sepi dengan sebuah pintu dan jendela kaca yang besar
Disanalah aku termenung pada sekitar seperempat waktuku
Menatap keluar lewat jendela kaca yang besar
Setiap kali aku menatap lama
Mataku menangkap beragam warna
Warna pagi dan senja yang romantis
Warna pekat malam yang membuatku teriris
Warna-warna itu melantunkan dinamika yang tak dapat kutepis
Burung-burung yang memadu kasih di atas dahan pohon
Kupu-kupu mungil beterbangan saling merespon
Embun-embun yang berkilauan di permukaan daun-daun iris
Lewat jendela kaca itu, aku dapat melukis senyumku
Lewat jendela kaca itu, aku terpaksa memahat gundahku
Seperti biasa, aku menatap lama
Kali ini, tidak seperti biasa, kucermati satu per satu orang yang lalu lalang
Tak banyak yang bereaksi terhadapku melalu jendela kaca
Pernah sekali kucoba melambai pada seseorang
Lalu kusapa….
Namun dia pun menghilang….
Setelah itu, aku ragu untuk melambai bahkan menyapa…
Aku tertunduk, ragu untuk menatap…
Jendela kaca berkabut duka nestapa
Aku terpejam hampir terlelap
Sayup-sayup kudengar bisikan
Bisikan dari luar jendela kaca
Bisikan yang membuatku mulai terjaga
Aku mulai menatap secara perlahan…
Dia ada di luar jendela kaca
Tersenyum manis melambaikan tangan
Menyapaku penuh rayuan
Menatapku hingga aku tergila-gila
Aku ada di dalam, di balik jendela kaca…
Tersenyum girang membalas lambaiannya
Menyapanya sepenuh rasa
Menatapnya hanya untuk membuatnya terkesima
Sehari berlalu, kembali kutatap jendela kaca
Selalu kunanti senyumnya
Tak bisa lepas terbuai rayuannya
Bilakah engkau singgah lagi di luar jendela kaca…
Dua, tiga, empat, dan banyak hari berlalu
Kembali kutatap jendela kaca
Masih saja tak bisa lepas dari bayangmu
Bilakah engkau akan selalu ada…
Sekilas tapi membayang
Terajut tanpa kukehendaki
Terangkai tapi tak pasti
Terbungkus dalam tanya yang remang
Lewat jendela kaca itu aku dapat melukis mimpiku
Lewat jendela kaca itu aku hanya dapat memahat bayangmu…
~ Dien’s ~
Bogor, May 2nd, 2010
11.30 pm
…in the silent night…
Friday, June 18, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
ehmm...deskripsi rumahnya boleh jg dung
tp kok ending sedih ya??
deskripsinya rumahnya oke dung,
tp kok endingnya sedih ya??
Makasih ya, Het karna dah berkunjung dan kasih komen...ya begitulah, Het...sembari menantikan ending yang bahagia, bisanya nulis sad ending dulu,hehe...
Post a Comment